Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

MEMASADEPANKAN MASA SILAM

Gambar
(Ketangguhan Untuk Tak Tercapai) Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Pada 27 Mei 2014 malam hari, 40.000 orang hadir di komplek Pendopo Kerajaan Majapahit  untuk kesadaran "Banawa Sekar". Pernikahan antara daratan dengan lautan. Koordinasi pembangunan sejarah antara potensi tanah dengan air. Itulah hakikat Negeri Kepulauan. Itulah prinsip utama dan etos kebangkitan bangsa Indonesia sejak proklamasi Kemerdekaan 1945. Sehingga di gerbang masuk Trowulan Mojokerto sejak beberapa minggu sebelumnya dipasang baliho raksasa bertuliskan "Majapahit Bukan Masa Silam, Majapahit adalah Masa Depan". Sejak pagi ribuan penari yang terbagi menjadi banyak kelompok, menghiasi Trowulan. Siang hari ada Sarasehan Masa Depan Nusantara. Malamnya saya naikkan panggung 1.027 Perodad "Ishari", berpakaian Putih-putih berpeci Merah Putih, bekerja sama dengan KiaiKanjeng. Sangat mahal membiayai itu semua, dana saya mintakan kepada Capres ke-3 menjelang Pilpres 2014. Para nelayan y...

Ilmu Aurat dan Peradaban Kebijaksanaan

Gambar
Ilmu Aurat dan Peradaban Kebijaksanaan Oleh : Emha Ainun Nadjib. Kenapa sekarang ini manusia menjadi sangat pemarah? Kenapa orang makin gampang marah dan makin sukar memaafkan? Kenapa manusia sepertinya sedang membawa dendam kepada sesamanya sampai mati? Kenapa sesama manusia semakin meningkat potensialitasnya untuk saling menolak, saling memuntahkan, saling membuang dan mengusir, saling diam-diam mencita-citakan kehancuran dan kemusnahan orang lain yang bukan dia? Kenapa manusia meng-ada untuk meniadakan lainnya? Ada orang yang mudah marah dan mudah memaafkan. Lainnya mudah marah tapi sukar memaafkan. Lainnya lagi sukar marah, sesukar ia memaafkan. Yang kita berlindung kepada Tuhan adalah berurusan dengan orang yang sangat mudah marah dan sangat sukar memaafkan. Bahkan tidak bisa memaafkan. Apakah kita semua ini sedang kerasukan Setan? Tapi apakah Setan itu ada? Ada wacana bahwa Setan itu  “minal jinnati wannas” : diproduksi oleh Jin dan manusia. Setan adalah output d...

Tak Bisa Benar Tanpa Menyalahkan

Gambar
Tak Bisa Benar Tanpa Menyalahkan Emha Ainun Nadjib Caknun.com Kita semakin kehilangan kemampuan untuk benar tanpa menyalahkan. Kita semakin tidak sanggup untuk benar, kecuali harus dengan menyalahkan. Yang benar kita, orang lain salah. Semua dan setiap pihak, berdiri pada posisi itu. Di wilayah hukum, harus jelas benar dan salahnya. Tetapi di wilayah budaya, ada faktor  kebijaksanaan . Di wilayah poilitik, ada  kewajiban untuk mempersatukan . Agama menuntun kita dengan menghamparkan betapa kayanya dialektika antara  Sabil  (arah perjalanan),  Syari’ (pilihan jalan),  Thariq  (cara menempuh jalan) dan  Shirath (presisi keselamatan bersama di ujung jalan). Itulah “kemanusiaan yang adil dan beradab”, “persatuan Indonesia”, “hikmat kebijaksanaan” serta “keadilan sosial bagi seluruh”, bukan “bagi sebagian”. Tetapi kita muter-muter di dalam lingkaran setan, di mana kita harus selalu menyalahkan, demi supaya kita benar. Supaya kita benar...