ATEIS
Mencari rumus Tuhan
Allah kita cintai saja |
sebenarnya ketikan saya ini mungkin tidak ada gunanya untuk kaum beriman yang sudah cinta Tuhan di dalam dirinya. dan mungkin tdk ada gunanya juga karena ketikan saya ini tidak mungkin di jangkau oleh mereka yang sedang mencari rumus Tuhan.
Saya pernah di elus elus oleh guru agama saya karena bertanya "bisakah Tuhan menciptakan Tuhan yang lain sehingga ia tak bisa mengatasi Nya lagi. Ini adalah contoh dari relativitas taraf pikiran manusia yang naif atau justru sombong apabila dipertemukan dengan Tuhan maha kuasa.
Menurut pikiran manusia tentu Ia mampu menciptakan Tuhan lain yang juga maha kuasai. Namun kalau lantas Tuhan di kuasai oleh Tuhan ciptaannya, maka Ia juga tidak Mahakuasa lagi. Maka Musa yang sempat menyombongkan diri itu pingsan. Pingsannya Musa adalah lambang kekerdilan manusia. Apalagi kita yang bukan Muchtar seperti Musa dan nabi nabi lain tentu bukan hanya pingsan.
Pertanyaan saya ini Alhamdulillah akhirnya di beri jawaban oleh Allah sendiri. Saya baru bisa menjawab pertanyaan itu kalau saya sudah mampu melihat belakang saya.
Begitu sepele, apa susahnya melihat belakangku? Ternyata tidak sama sekali. Sebab saya selalu melihat depan saya. Kalau saya menoleh ke samping, saya memandang depan mata saya, meskipun itu samping badan saya. Demikian juga kalau saya melihat ke belakang, belakang itu adalah belakang tubuh saya, tapi depannya masih saya yakni pandangan saya.
Maka betapa amat jauhnya Allah untuk di jangkau, meskipun ia sungguh-sungguh begitu dekat dengan batin kita. Hanya kreativitas anugerah Allah yang mendorong junjungan kita Muhammad mewejang kita: pikirkanlah ciptaan Allah, jangan pikirkan Allah itu sendiri.
"Allah kita cintai saja secara membabi buta. Selebihnya cinta adalah tenaga tertinggi yang amat melandasi kecerdasan kita untuk merenungkan segala hakikat ciptaanNya"
Bimbingan utama pengenalan atas Tuhan adalah cinta kasih. Cinta adalah menara amat tinggi. Pikiran hanya anak-anak tangga kecil di lereng menara itu. Betapa amat pentingnya mengaktifkan pikiran. Namun cintailah yang menyampaikan kita kepada Allah. Pikiran bisa membantu alakadarnya. Namun dengan cinta kita bisa langsung merasakan dan menangis oleh hakikat Nya. Meskipun tanpa pernah sungguh-sungguh memahaminya.
Komentar
Posting Komentar