SHUMMUN BUKMUN
SHUMMUN BUKMUN
Emha Ainun Nadjib
Saya sangat percaya pada Allah dengan hidayahnya di Alquran. Tarafnya sampai (mohon maaf) istilah bahasa Indonesianya membabibuta. Tentulah penggunaan idiom ini sangat tidak sopan dan terasa sangat mengotori. Namun kalau saya pakai kata Total, Absolut, Sepenuhnya atau mungkin Harga Mati rasanya kurang mengandung emosi dan energi sebagaimana kita membabi buta.
Akan tetapi sudahlah, babi juga ciptaan Allah. Ia salah satu makhluk yang toh kita bisa belajar darinya serta mempelajarinya. Masalahnya menjelang menulis ini saya merasa sangat terganggu oleh sejumlah firman Allah di al-quran. Saya berniat tiap sebelum sahur mempersembahkan tulisan kepada saudara-saudara saya, anak cucu, sahabat sahabat dan handai taulan. Namun memasuki hari ke-4 saya dicegat oleh ayat.
Sebenarnya yang mengganggu adalah pikiran saya sendiri. Sebelum ini saya menulis "Indonesia itu kebal".
Saya menyuguhinya minuman kasih sayang, tidak membuatnya bersyukur. Saya kasih buah kearifan dan kebijaksanaan, tidak mengubah perangainya. Saya berikan tablet ilmu, tarekat, kaifiat, dan mahroj, tidak membuat sakitnya reda. s
Saya suntik dengan ijtihad, fenomenologi, alternatif, dan inovasi, juga tidak mempan. Akhirnya saya merasa minder dan tidak percaya diri.
Pada momentum psikologis seperti itu saya dihantam oleh Surah Al Isra (17):27, "sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan, dan setan itu pembangkang Tuhannya". Saya merasa ditindih batu besar berupa rasa sia-sia. Saya menyedekahkan apapun mubazir bagi Indonesia. Apalagi Alquran menyusulkan pernyataan lain Allah dari Al Baqarah ayat 216, "boleh jadi yang kamu benci itu baik bagimu, dan bisa juga yang kamu cintai itu buruk bagimu". Saya sangat membenci penyakit-penyakit yang merasuki Indonesia. Gara-gara ayat itu saya menjadi ragu, apakah Indonesia sedang mengidap penyakit penyakit, atau sebenarnya baik-baik saja.
Akan tetapi faktanya saya tidak bisa mengelak dari pengetahuan dan pengalaman bahwa Indonesia memang sedang dirundung bermacam-macam sakit dan penyakit. Misalnya ketidaktepatan ilmu dan pengetahuan, kemelesetan pemetaan atas dirinya sendiri. Kekacauan mental disk management berpikir, keserimpet oleh pengutuban pengutuban nilai yang ia hayalkan sendiri, terbalik memperlakukan tujuan dengan jalan. Ketidakseimbangan perbagian urusan ataupun ketidakseimbangan dalam keseluruhan. Hidup bergelimang berhala, terlalu banyak yang dituhankan dan dinabikan, sampai tak pernah usai bertengkar permusuhan dan saling membenci.
Akan tetapi pengetahuan itu membuat saya merasa seperti iblis. Sebelumnya sebagai malaikat ia mempertanyakan "Kenapa Tuhan menciptakan Khalifah, toh pekerjaan mereka adalah merusak bumi dan menumpahkan darah" disebut al-baqarah ayat 30. Bahkan ketika saya bertahan tidak mau membungkukkan badan pada manusia, terutama penguasa negara, saya merasa seperti iblis yang tidak mau memenuhi perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Ditambah lagi ada suara-suara "yuwas wisufi sudurinnas" membisik-bisiki telinga saya, "Memangnya kamu siapa kok merasa mampu melakukan sesuatu atas Indonesia yang dahsyat, Siapa yang memandati kamu untuk mengurusi Indonesia?.
Terbersit di benak bahwa Saya mungkin sekedar seekor semut yang berlari mengangkut setetes air menuju tempat Nabi Ibrahim dibakar, dan bermaksud ikut memadamkannya. Setan menertawakan saya. Saya menjawab sebagaimana semut itu,
"saya sekedar menunjukkan keberpihakan saya pada Ibrahim". Namun sebuah surat al-qashash !(28):56 menghantam saya, "Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya".
Jari-jari saya menjadi kaku. Pikiran saya buntu. Saya bertanya "Ya Allah Indonesia ini sedang engkau beri peringatan agar selamat, ataukah engkau uji supaya naik derajat?, ataukah engkau azab karena berulang-ulang melakukan dosa serta memaksiatimu?.
Dan firman-firman terus menyerbu "mereka hendak menipu Allah dengan orang-orang beriman. Padahal sebenarnya mereka sedang menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak sadar. Dalam hati mereka terdapat penyakit, dan Allah menambahi penyakit-penyakit mereka. Bagi mereka azab yang dahsyat karena tak henti-henti mereka berbohong". "Bila di katakan pada mereka, Janganlah membuat kerusakan di bumi, mereka menjawab Kami sedang menyelenggarakan pembangunan. Sesungguhnya mereka lah pembuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.
"Allah memperolok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan". "Summum bukmun umyung fahum layarjiun" telinga mereka pekak, mulut mereka bisu, mata mereka buta, dan tak akan bisa kembali. Lumpuh tangan dan seluruh tubuh saya.
Emha Ainun Nadjib
Saya sangat percaya pada Allah dengan hidayahnya di Alquran. Tarafnya sampai (mohon maaf) istilah bahasa Indonesianya membabibuta. Tentulah penggunaan idiom ini sangat tidak sopan dan terasa sangat mengotori. Namun kalau saya pakai kata Total, Absolut, Sepenuhnya atau mungkin Harga Mati rasanya kurang mengandung emosi dan energi sebagaimana kita membabi buta.
Akan tetapi sudahlah, babi juga ciptaan Allah. Ia salah satu makhluk yang toh kita bisa belajar darinya serta mempelajarinya. Masalahnya menjelang menulis ini saya merasa sangat terganggu oleh sejumlah firman Allah di al-quran. Saya berniat tiap sebelum sahur mempersembahkan tulisan kepada saudara-saudara saya, anak cucu, sahabat sahabat dan handai taulan. Namun memasuki hari ke-4 saya dicegat oleh ayat.
Sebenarnya yang mengganggu adalah pikiran saya sendiri. Sebelum ini saya menulis "Indonesia itu kebal".
Saya menyuguhinya minuman kasih sayang, tidak membuatnya bersyukur. Saya kasih buah kearifan dan kebijaksanaan, tidak mengubah perangainya. Saya berikan tablet ilmu, tarekat, kaifiat, dan mahroj, tidak membuat sakitnya reda. s
Saya suntik dengan ijtihad, fenomenologi, alternatif, dan inovasi, juga tidak mempan. Akhirnya saya merasa minder dan tidak percaya diri.
Pada momentum psikologis seperti itu saya dihantam oleh Surah Al Isra (17):27, "sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan, dan setan itu pembangkang Tuhannya". Saya merasa ditindih batu besar berupa rasa sia-sia. Saya menyedekahkan apapun mubazir bagi Indonesia. Apalagi Alquran menyusulkan pernyataan lain Allah dari Al Baqarah ayat 216, "boleh jadi yang kamu benci itu baik bagimu, dan bisa juga yang kamu cintai itu buruk bagimu". Saya sangat membenci penyakit-penyakit yang merasuki Indonesia. Gara-gara ayat itu saya menjadi ragu, apakah Indonesia sedang mengidap penyakit penyakit, atau sebenarnya baik-baik saja.
Akan tetapi faktanya saya tidak bisa mengelak dari pengetahuan dan pengalaman bahwa Indonesia memang sedang dirundung bermacam-macam sakit dan penyakit. Misalnya ketidaktepatan ilmu dan pengetahuan, kemelesetan pemetaan atas dirinya sendiri. Kekacauan mental disk management berpikir, keserimpet oleh pengutuban pengutuban nilai yang ia hayalkan sendiri, terbalik memperlakukan tujuan dengan jalan. Ketidakseimbangan perbagian urusan ataupun ketidakseimbangan dalam keseluruhan. Hidup bergelimang berhala, terlalu banyak yang dituhankan dan dinabikan, sampai tak pernah usai bertengkar permusuhan dan saling membenci.
Akan tetapi pengetahuan itu membuat saya merasa seperti iblis. Sebelumnya sebagai malaikat ia mempertanyakan "Kenapa Tuhan menciptakan Khalifah, toh pekerjaan mereka adalah merusak bumi dan menumpahkan darah" disebut al-baqarah ayat 30. Bahkan ketika saya bertahan tidak mau membungkukkan badan pada manusia, terutama penguasa negara, saya merasa seperti iblis yang tidak mau memenuhi perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Ditambah lagi ada suara-suara "yuwas wisufi sudurinnas" membisik-bisiki telinga saya, "Memangnya kamu siapa kok merasa mampu melakukan sesuatu atas Indonesia yang dahsyat, Siapa yang memandati kamu untuk mengurusi Indonesia?.
Terbersit di benak bahwa Saya mungkin sekedar seekor semut yang berlari mengangkut setetes air menuju tempat Nabi Ibrahim dibakar, dan bermaksud ikut memadamkannya. Setan menertawakan saya. Saya menjawab sebagaimana semut itu,
"saya sekedar menunjukkan keberpihakan saya pada Ibrahim". Namun sebuah surat al-qashash !(28):56 menghantam saya, "Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya".
Jari-jari saya menjadi kaku. Pikiran saya buntu. Saya bertanya "Ya Allah Indonesia ini sedang engkau beri peringatan agar selamat, ataukah engkau uji supaya naik derajat?, ataukah engkau azab karena berulang-ulang melakukan dosa serta memaksiatimu?.
Dan firman-firman terus menyerbu "mereka hendak menipu Allah dengan orang-orang beriman. Padahal sebenarnya mereka sedang menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak sadar. Dalam hati mereka terdapat penyakit, dan Allah menambahi penyakit-penyakit mereka. Bagi mereka azab yang dahsyat karena tak henti-henti mereka berbohong". "Bila di katakan pada mereka, Janganlah membuat kerusakan di bumi, mereka menjawab Kami sedang menyelenggarakan pembangunan. Sesungguhnya mereka lah pembuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.
"Allah memperolok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan". "Summum bukmun umyung fahum layarjiun" telinga mereka pekak, mulut mereka bisu, mata mereka buta, dan tak akan bisa kembali. Lumpuh tangan dan seluruh tubuh saya.
Komentar
Posting Komentar