Postingan

MEMASADEPANKAN MASA SILAM

Gambar
(Ketangguhan Untuk Tak Tercapai) Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Pada 27 Mei 2014 malam hari, 40.000 orang hadir di komplek Pendopo Kerajaan Majapahit  untuk kesadaran "Banawa Sekar". Pernikahan antara daratan dengan lautan. Koordinasi pembangunan sejarah antara potensi tanah dengan air. Itulah hakikat Negeri Kepulauan. Itulah prinsip utama dan etos kebangkitan bangsa Indonesia sejak proklamasi Kemerdekaan 1945. Sehingga di gerbang masuk Trowulan Mojokerto sejak beberapa minggu sebelumnya dipasang baliho raksasa bertuliskan "Majapahit Bukan Masa Silam, Majapahit adalah Masa Depan". Sejak pagi ribuan penari yang terbagi menjadi banyak kelompok, menghiasi Trowulan. Siang hari ada Sarasehan Masa Depan Nusantara. Malamnya saya naikkan panggung 1.027 Perodad "Ishari", berpakaian Putih-putih berpeci Merah Putih, bekerja sama dengan KiaiKanjeng. Sangat mahal membiayai itu semua, dana saya mintakan kepada Capres ke-3 menjelang Pilpres 2014. Para nelayan y...

Ilmu Aurat dan Peradaban Kebijaksanaan

Gambar
Ilmu Aurat dan Peradaban Kebijaksanaan Oleh : Emha Ainun Nadjib. Kenapa sekarang ini manusia menjadi sangat pemarah? Kenapa orang makin gampang marah dan makin sukar memaafkan? Kenapa manusia sepertinya sedang membawa dendam kepada sesamanya sampai mati? Kenapa sesama manusia semakin meningkat potensialitasnya untuk saling menolak, saling memuntahkan, saling membuang dan mengusir, saling diam-diam mencita-citakan kehancuran dan kemusnahan orang lain yang bukan dia? Kenapa manusia meng-ada untuk meniadakan lainnya? Ada orang yang mudah marah dan mudah memaafkan. Lainnya mudah marah tapi sukar memaafkan. Lainnya lagi sukar marah, sesukar ia memaafkan. Yang kita berlindung kepada Tuhan adalah berurusan dengan orang yang sangat mudah marah dan sangat sukar memaafkan. Bahkan tidak bisa memaafkan. Apakah kita semua ini sedang kerasukan Setan? Tapi apakah Setan itu ada? Ada wacana bahwa Setan itu  “minal jinnati wannas” : diproduksi oleh Jin dan manusia. Setan adalah output d...

Tak Bisa Benar Tanpa Menyalahkan

Gambar
Tak Bisa Benar Tanpa Menyalahkan Emha Ainun Nadjib Caknun.com Kita semakin kehilangan kemampuan untuk benar tanpa menyalahkan. Kita semakin tidak sanggup untuk benar, kecuali harus dengan menyalahkan. Yang benar kita, orang lain salah. Semua dan setiap pihak, berdiri pada posisi itu. Di wilayah hukum, harus jelas benar dan salahnya. Tetapi di wilayah budaya, ada faktor  kebijaksanaan . Di wilayah poilitik, ada  kewajiban untuk mempersatukan . Agama menuntun kita dengan menghamparkan betapa kayanya dialektika antara  Sabil  (arah perjalanan),  Syari’ (pilihan jalan),  Thariq  (cara menempuh jalan) dan  Shirath (presisi keselamatan bersama di ujung jalan). Itulah “kemanusiaan yang adil dan beradab”, “persatuan Indonesia”, “hikmat kebijaksanaan” serta “keadilan sosial bagi seluruh”, bukan “bagi sebagian”. Tetapi kita muter-muter di dalam lingkaran setan, di mana kita harus selalu menyalahkan, demi supaya kita benar. Supaya kita benar...

SHUMMUN BUKMUN

SHUMMUN BUKMUN Emha Ainun Nadjib  Saya sangat percaya pada Allah dengan hidayahnya di Alquran. Tarafnya sampai (mohon maaf) istilah bahasa Indonesianya membabibuta. Tentulah penggunaan idiom ini sangat tidak sopan dan terasa sangat mengotori. Namun kalau saya pakai kata Total, Absolut, Sepenuhnya atau mungkin Harga Mati rasanya kurang mengandung emosi dan energi sebagaimana kita membabi buta. Akan tetapi sudahlah, babi juga ciptaan Allah. Ia salah satu makhluk yang toh kita bisa belajar darinya serta mempelajarinya. Masalahnya menjelang menulis ini saya merasa sangat terganggu oleh sejumlah firman Allah di al-quran. Saya berniat tiap sebelum sahur mempersembahkan tulisan kepada saudara-saudara saya, anak cucu, sahabat sahabat dan handai taulan. Namun memasuki hari ke-4 saya dicegat oleh ayat. Sebenarnya yang mengganggu adalah pikiran saya sendiri. Sebelum ini saya menulis "Indonesia itu kebal". Saya menyuguhinya minuman kasih sayang, tidak membuatnya bersyukur. Saya k...

SUARA-SUARA KELEDAI

Gambar
Pemimpin yang Tuhan  SUARA-SUARA KELEDAI Emha Ainun Nadjib Alih-alih berpuasa Ramadhan menuju harapan surga, rasanya saya sedang dihukum oleh Allah. selama hidup, saya hanya membaca 5 buku. lantas saya melakukan hal yang mustahil: mengetik ribuan tulisan, menerbitkan hampir 100 buku, menulis Daur hingga 309 + 124 tulisan hari ini di caknun.com ,  ditambah rutin "wedang uwuh", "Lubuk",  "Bongkah", ataupun tentatif "asepi" Khazanah, wong2an. belum yang lepas lepas darurat. Mustahil dalam arti orang menulis berharap untuk dibaca. "siapa berbuat sezarah kebaikan akan mendapatkan imbalannya, siapa melakukan sedebu kejahatan akan memperoleh balasannya", kata Allah. Dan dengan hanya pernah membaca 5 buku saya berharap orang membaca jutaan huruf yang pernah saya ketik? Hidayah Tuhan saja tidak diprimerkan, kok saya berharap manusia meng-iqra-i tulisan saya. Allah kasih "juklak juknis". Dan Sederhanakanlah kamu dalam...

Mencintai Makanan

Gambar
Mencintai Makanan Emha Ainun Nadjib Andaikan pekerjaan berpuasa itu disukai, disenangi, digemari, atau dicintai oleh manusia, sepertinya Tuhan tidak akan mewajibkannya berpuasa. Demikianlah yang bisa dijangkau oleh logika dan prinsip sebab-akibat. Tapi manusia sangat mencintai makanan. Manusia lebih suka makan daripada lapar, maka untuk makan tak perlu disuruh-suruh. Tetapi untuk mau sengaja lapar, manusia harus dipaksa. Demikian juga pada kegiatan apapun lainnya. Sebagaimana hewan berkawin-kawin kapan saja dengan sesamanya, manusia pun melakukan perilaku dan budaya yang sama kalau Tuhan tidak memaksanya untuk melakukan akad nikah terlebih dahulu sebelum kawin. Caknun.com

Asyiki Alquran, Maiyah Suburkan

Gambar
SEPULUH DARI SEPULUH  Maiyah adalah hadiah dari Allah, bukan karya kita. Semua kekurangan Maiyah berasal dariku. Kita bersyukur Allah menganugerahkan Cak Fuad dan Syekh Kamba, sebagai  Marja’  ilmu kita semua. Tetapi kami bertiga bukan Ulama, Mursyid atau Kiai, sebagaimana beliau-beliau di luar sana. Selama 24 tahun ini kita berkumpul dan hanya berjuang mencintai dan mendekat kepada Allah Muhammad kekasih-Nya, mengikhtiari manfaat hidup. Termasuk buat Indonesia. Aku Mbah kalian semua adalah manusia biasa, awam dalam hal ilmu keagamaan maupun ilmu modern. Tidak ada padaku ekspertasi bidang apapun. Aku tidak berada di jalur pembelajaran Ulama, Santri maupun para  modern scholars . Aku tidak punya sanad ilmu di wilayah  tadarrus, ta’lim, tafhim, ta’rif  maupun  ta`dib . Aku tidak merupakan bagian dari  nasab  yang perlu diperhatikan. Tidak ada yang anak cucuku bisa andalkan dan harapkan dariku, lebih dari yang sejauh ini Allah memperken...